PENGERTIAN DAN CABANG FILSAFAT, IDEALISME, REALISME DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian dan cabang-cabang filsafat

      1.      Pengertian Filsafat
Istilah filsafat (philosophy) berasal dari dua suku kata dalam bahasa yunani kuno,  yaitu philen (cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi secara etimologis filsafat adalah cint kepada kebijaksnaan (Dagobert D.Runes, 1981). Filsafat pendidikan  ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001).  Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Berpikir yang berfilsafat mengandung tiga ciri, yaitu :1). Radikal : berpkir sampai keakar akarnya. 2). Sistematis : berpikir logis setahap demi setahap dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling berhubungan secara teratur.  3). Universal : berpikir menyeluruh.
 Tegasnya, filsafat adalah karya akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang seringkali disebut sebagai raksasa pemikir Barat, filsafat adalah ilmu pokok yang merupakan pangkal dari segala pengetahuan.
Acuan pokok fungsi filsafat antara lain :
·         Untuk berfikir secara radikal, sistematis, dan menyeluruh tentang segala sesuatu.
·         Membuahkan kejelasan dan pandangan yang menyeluruh tentang masalah yang ditelaahnya.
Kebutuhan Manusia Akan Filsafat Filsafat sangat penting untuk membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya, manfaat filsafat bagi manusia antara lain :
·         Manusia membutuhkan filsafat untuk mengambil keputusan dan tindakan yang bijaksana.
·         Keputusan yang diambil adalah keputusan sendiri tanpa paksaan / tekanan orang lain.
·         Filsafat sebagai salah satu alat terbaik untuk memelihara dan mengembangkan kebiasaan berpikir reflektif.
·         Membantu manusia dalam menghadapi kesimpangsiuran dan ketidakpastian dunia yang selalu berubah.
            2.      Cabang-cabang Filsafat
Berdasarkan objek yang dipelajarinya menurut (Redja Mudyahardjo, 1995) bahwa filsafat dapat diklasifikasi ke dalam:
  Ø  Filsafat Umum atau Filsafat Murni,
  Ø  Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan
Cabang Filsafat Umum terdiri atas:
            a.       Metafisika  
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat
realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).
Metafisika meliputi:
     v  Metafisika Umum atau Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat (metafisika umum) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat ada-nya segala sesuatu yang ada secara komprehensif. Contoh tentang apa yang dibahas atau dipermasalahkan di dalam Ontologi antara lain: apakah hakikat yang ada (realitas) itu bersifat material atau ideal? Apakah hakikat yang ada itu bersifat tunggal, dua, atau plural? Apakah yang ada itu menetap atau berubah? Dsb. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tentunya tidak satu, melainkan berbeda-beda
     v  Metafisika Khusus meliputi:
1). Kosmologi
Kosmologi adalah cabang filsafat (bagian metafisika khusus) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat alam termasuk segala isinya, kecuali manusia.
2). Teologi
Teologi adalah cabang filsafat (bagian dari metafisika khusus) yang mempelajari atau membahas tentang keberadaan Tuhan. Dalam teologi permasalahan tentang keberadaan Tuhan ini dibahas secara rasional terlepas dari kepercayaan agama. Misalnya: pengakuan akan adanya Tuhan itu bukan atas dasar keimanan, melainkan atas argumentasi rasional. Contohnya “Argumen Kosmologi” yang menyatakan bahwa: segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab. Adanya alam semesta – termasuk manusia - adalah sebagai akibat. Di alam semesta terdapat rangkaian sebab-akibat, namun tentunya mesti ada Sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh yang lainnya. Sebaliknya, Sebab Pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang lainnya, tidak berada sebagai materi, melainkan sebagai "Pribadi" atau "Khalik", yaitu Tuhan.
3). Antropologi
Antropologi adalah cabang filsafat (bagian metafisika khusus) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat manusia. Persoalan yang dibahas dalam antropologi antara lain: siapakah manusia itu, ciptaan Tuhan atau muncul dari alam sebagai hasil evolusi? Apakah yang hakiki pada manusia itu badannya atau jiwanya? Bagaimanakah hubungan antar badan dan jiwa? Bagaimanakah hubungan manusia dengan tuhannya, dengan alam, dengan sesamanya, dsb.
        b.      Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Persoalan yang dibahas dalam epistemology antara lain mengenai sumber-sumber pengetahuan, cara-cara memperoleh pengetahuan, kriteria kebenaran pengetahuan, dsb.
c.       Logika
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar. Logika antara lain membahas tentang bagaimana cara berpikir yang tertib agar kesimpulan-kesimpulannya benar.
             d.      Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. yang meliputi
      v  Etika
Etika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia.
       v  Estetika
Estetika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat seni (art) dan keindahan ( beauty).

Adapun cabang Filsafat Khusus antara lain:
           a.       Filsafat Hukum,
           b.      Filsafat Ilmu,
           c.       Filsafat Pendidikan, dsb.
B.     Filsafat Idealisme dan Implikasinya dalam Pendidikan
Idealisme berasal dari kata “ideal” dengan tambahan sufiks/akhiran “-isme” yang berasal dari bahasa Yunani kuno -ισμός (-ismos) yang memiliki fungsi membentuk kata benda abstrak terhadap suatu tindakan, keadaan, pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri memiliki arti suatu kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan. Contoh yang paling mudah dari sebuah idealisme biasaya digunakan pada bidang politik, sosial, dan segala suatu hal yang bersifat pemikiran.
Konsep filsafat umum idealisme yaitu:
Metafisika : Para filosof idealis mengklaim bahwa realitas hakikatnya bersifat spiritual. Manusia adalah makhluk berfikir, memiliki tujuan hidup dan hidup dalam dunia dengan suatu moral yang jelas.
Epistemologi :Pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali atau berfikir dan melalui  intuisi.
Aksiologi: Manusia diperintah oleh nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas yang absolute. Nilai bersifat absolute dan tidak berubah.
Idealisme menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki arti:
            1)      Suatu aliran di ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai
satu-satunya hal yang benar, yang dapat dirasakan dan dipahami.
           2)      Hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita (yaitu menurut suatu patokan atau pedoman yang dianggap sempurna).
      3)      Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan.
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidpu pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
1.      Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2.      Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space or place of the world is the soul," and "Time must not be assumed to exist outside the soul”.
Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia memberikan makna- makna simbolik bagi tindakan-tindakan mereka.Manusia menciptakan rangkaian gagasan dan cita-cita yang rinci dan menggunakan konstruk mental ini dalam mengarahkan pola perilaku mereka. Berbagai karakteristik pola perilaku yang berbeda- beda dalam masyarakat yang berbeda dilihat sebagai hasil serangkaian gagasan dan cita- cita yang berbeda pula. Paham idealisme memandang bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus dikejar dalam tindakan manusia.Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat.
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana. Lebih lanjut penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau makro kosmos ini tidak ada.Karena sesungguhnya yang ada hanyalah Allah yang menciptakannya.Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta.
Apa yang harus diketahui sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran.Para mendidik berusaha agar murid mencapai keadaan kesempurnaannya.Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi.Paling tinggi tingkatannya adalah ilmu umum tentang filosofi dan theologi.Kedua hal ini bersifat abstrak.Matematika menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami ilmu atau logika yang bersifat abstrak. Sejarah dan literatur mempunyai posisi yang tinggi karena ia mewariskan nilai moral, model budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan. Ilmu alam dan sain menjadi prioritas berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang hubungan sebab akibat.
Di samping siswa memahami literatur, Idealisme menganggap perlu terbentuknya manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong untuk mengembangkan skill dan akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan yg secara naluri sudah ada. Bagi idealisme maka nilai-nilai mencerminkan kebaikan yang terkandung pada alam semesta. Nilai-nilai ini bersifat absolut, universal dan tidak berubah.Tindakan etis muncul dari warisan budaya. Pendidik mengajarkan kepada murid-muridnya akan nilai- nilai unggul dari mahakarya manusia yang bertahan dari masa ke masa.
Pertanyaan mendasar seperti: Apa itu pengetahuan? Jawabnya: Pengetahuan adalah sesuatu yang menyangkut tentang prinsip-prinsip spiritual yang mendasari realitas. Pengetahuan tentang realitas ini membentuk ide-ide atau gagasan. Pendidikan adalah proses intelektual membawa gagasan atau ide kepada kesadaran para pembelajar.
Pertanyaan tentang: Apakah itu sekolah? Jawabnya: Sekolah adalah agen sosial di mana siswa berusaha mencari, mengungkap dan mendapatkan kebenaran. Sekolah adalah institusi dimana guru dan murid mencari jawab atas pertanyaan mendasar seperti: Apakah kebenaran itu? Apakah yang dinamakan keindahan itu?Apakah kehidupan yang baik itu?Semua orang berhak mendapatkan pegetahuan ini.Sehingga semua orang berhak sekolah. Meski demikian tidak setiap orang mempunyai kemampuan intelektual yang sama. Murid yang cerdas perlu mendapatkan tantangan yang lebih dari guru.Tujuan pembelajaran adalah memupuk kreatifitas.
Bagaimana cara pembelajaran dilakukan? Methode yang paling sesuai adalah metode dialog Socrates. Siswa dipancing dengan pertanyaan yang dapat membangkitkan kesadaran. Aspek lain yang penting dalam padangan idealits adalah pemberian contoh teladan. Guru harus mempunyai wawasan luas tentang warisan budaya.
Dalam bidang masalah kualitas maka guru idealist menerapkan standar nilai yang tinggi bagi siswa-siswanya.Dalam Plato’s Republic, misalnya, standar nilai ini ditetapkan sedemikian tinggi sehingga hanya sedikit siswa yang mampu mencapainya dan menjadi ‘raja filsafat’.
Guru menjadi agen penting dalam menolong siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Guru idealis menyajikan bahan belajar berupa warisan budaya yang terbaik. Membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya mereka untuk kebudayaan. Sejarah dilihat sebagai cara melihat bagaimana manusia besar memberikan sumbangsih pada dunia. Guru akan menyajikan karya klasik terbaik dibidang seni, literatur maupun musik untuk dipelajari dan dinikmati.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah:
1.      Metafisika-idealisme; Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih dapat berperan;
2.      Humanologi-idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih;
3.      Epistemologi-idealisme; Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat berpendapat;
4.      Aksiologi-idealisme; Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan: untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikkan  sosial;
2.      Kurikulum: pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan;
3.      Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan;
4.      Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya;
5.      Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.


C.     Filsafat Realisme dan Implikasinya dalam Pendidikan
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
1. Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme);
2. Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir;
3. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan  memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;
4. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam.
Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
2.      Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;
3.      Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;
4.      Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik;
5.      Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.



BAB III
KESIMPULAN
Secara ilmiah definisi filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh dari menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang menyeluruh secara sistematis tentang alam semesta serta tempat dilahirkannya manusia. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, filsafat merupakan sumber ide paling dalam bagi segala macam ilmu pengetahuan, sehingga filsafat disebut juga induk pengetahuan.
Filsafat mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan, yaitu :§ Metafisika : Mempelajari hakekat realita, perkembangan kosmos, alam semesta, hakekat dunia, hakekat manusia termasuk hakekat anak. §Epistemologi : Mempelajari asal-usul, susunan, metode serta keabsahan pengetahuan. §Aksiologi : Mempelajari masalah nilai Fungsi Filsafat.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas. Menurut epistemologis, pengatuhan itu diperoleh dengan cara mengingat kembali melalui intuisi, sedangkan aksiologi bahwa manusia itu diperintah melalui nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas yang absolut.
Implikasi dalam pendididkan : §Tujuan pendidikan adalah pengembangan karakter, bakat insan dan kebajikan sosial. §Isi pendidikan adalah pendidikan liberal, pendidikan karakter. §Metode pendidikan: dialogic/dialektik. §Peran pendidik: menjadi teladan bagi siswanya baik secara moral maupun intelektual. §Peran peserta didik:  bebas mengembangkan kepribadian dan bakatnya.
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran.  Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia. Dan mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya, sedangkan tingkah laku manusianya diatur oleh hokum alam dan pada taraf  yang rendah diatur oleh kebijaksanaan yang teruji. 


Implikasi terhadap pendidikan:
Tujuan pendidikan: pendidikan bertujuan untuk pemyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggungjawab social.
Kurikulum/isi pendidikan: kurikulum harus bersifat komprehensif yang berisi sains, matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan  dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum mengandung unsur-unsur pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Kurikulum diorganisasi menurut mata pelajaran (subject matter) dan berpusat pada materi pelajaran (subject centered).
Metode: metode hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode utama bagi penganut realisme.
Peranan pendidik dan perserta didik: pendidik adalah pengelola kegiatan belajar mengajar (classroom as teacher-centered). Pendidik harus mengetahui pengetahuan yang mungkin berubah, harus menguasai keterampilan teknik mengajar, dan memiliki kewenangan menuntut prestasisiswa. Sedangkan peserta didik berperan untuk menguasai pengetahuan, taat pada peraturan, dan berdisiplin. Adapun orientasi pendidikan realisme adalah esensialisme.





Daftar Pustaka
Amien, A. M., (2005), Pendidikan dari Persfektif Sains Baru: Belajar Merajut realitas,
Lembaga Penerbitan Unhas.
Noor, M., (Ed.), (1987), Filsafat dan Teori Pendidikan: Jilid I Filsafat Pendidikan, Sub
Koordinator Mata kuliah filsafat dan Teori Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
IKIP Bandung.
Power, Edward, J., (1982), Philosophy of education: Studies in Philosophies, Schooling,
and Educational Policies, Prentice-Hall, Inc., Englewood Clifs, New Jersey.
Syaripudin, T. dan Kurniasih, (2008), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Percikan
Ilmu.
Suparno, P., (1997), Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta.
Titus, H.H., Living Issues in Philosophy, American Book Company, New York.


File (disini)
Password (disini)


Post a Comment